Ditulis Oleh ; Listiana Indaryati
Siang yang cukup terik. Dodi berjalan pelan dari sekolah menuju rumah. Langkahnya pelan menyusuri jalan yang cukup ramai. Mulutnya tak henti menyenandungkan lagu kesayangannya. Sesampai di rumah, suasana sepi. Pintu depan rumahnya tertutup rapat. Dodi merasa heran. Tak biasanya pintu depan tertutup rapat.
“Ke mana Ibu?” gumamnya.
Ketika matanya celingak celinguk mencari Ibu, pandangannya tertuju pada sebuah sepeda mini di depan pintu dapur. Warnanya merah dan masih tertutup plastik. Dodi memandangnya dengan takjub.
“Bagus, ya sepedanya?”
Suara Ayah mengagetkannya. Tiba-tiba Ayah dan Ibu sudah berdiri di belakang Dodi.
“Ini punya siapa, Yah?” tanya Dodi.
Ayah tersenyum, lalu mengajak Dodi untuk lebih mendekat ke sepeda mini itu.
“Sepeda ini untukmu,” kata Ayah. Ibu meyakinkan Dodi dengan menganggukkan kepalanya.
“Iya. Karena Dodi sudah hebat berani sekolah tanpa diantar jemput,” tambahnya.
“Bagus! Dodi senang sekali. Terima kasih. Dodi makin sayang Ayah, sayang Ibu,” kata Dodi sambil memeluk Ibu.
“Yuk, kita coba!” ajak Ayah.
Dodi mengangguk.***